I.
Judul : Pembuatan Asam Asetil Salisilat (Aspirin)
II. Hari/tanggal: Rabu, 11 September 2019
III.Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum kali
ini sebagai berikut :
- Dapat memahami cara pembuatan asam asetil salisilat dari bahan baku asam salisilat dan asam asetat anhidrat.
- Dapat mengatahui dan memahami jenis reaksi pembuatan asam asetil salisilat.
IV.
Landasan Teori
Asam asetil salisilat merupakan
jenis obat turunan salisilat. Memiliki titik leleh 135⁰C merupakan
Kristal dengan pemberian serbuk yang berwarna putih, tidak memiliki bau yang
kuat. Asam asetil salisilat yang seringg dikenal sebagai aspirin digunakan
sebagai penahan rasa sakit atau nyeri minor, antipiterik (penurun demam) dan
anti inflamasi (peradangan). Penggunaan aspirin dalam dosis yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan beberapa indikasi atau dampak negative seperti iritasi
lambung, pendarahan, dan kebocoran lambung serta menghambat aktivasi trombosit.
Penentuan kadar asam asetil salisilat dalam sediaan obat menjadi sangat penting
untuk diuji kualitas produk sebelum dam sesudah proses produksi menjadi produk
akhir (Kuntari, 2017).
Asam
asetil salisilat merupakan senyawa bifungsional, yaitu gugus fungsi hidroksil
dan gugus fungsi karboksil. Dengan demikian asam salisilat dapat berfungsi
sebagai fenol (hidroksi benzene) dan juga berfungsi sebagai asam benzoate. Baik
sebagai asam maupun sebagai fenol, asam asetil salisilat dapat mengalami reaksi
esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida asam akan mengalami reaksi
esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin). Apabila asam
salisilat direaksikan dengan methanol (alcohol) juga mengalami reaksi
asterifikasi menghasilkan ester mitil salisilat (minyak gandapura). Produk
aspirin yang kita peroleh, kemudian ditentukan kemurniannya dengan menggunakan
metodel TLC (Thin Layer Chromatografi)/ Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
titik lelehnya (Tim Kimia Organik II, 2019).
Aspirin merupakan obat anti inflqmasi
non steroid yang juga mempunyai efek
anti platelet untuk mencegah stroke. Aspirin didalam tubuh sangat mudah terurai
menjadi asam salisilat sebagai metabolit utama. Dalam dosis rendah aspirin
digunakan sebagai zat anti thrombosis untuk mencegah agregasi platelet melalui
penghambatan enzim siklooksigenase. Aspirin diadsorbsi secara cepat disaluran
pencernaan bagian atas terutama dibagian pertama duo denum. Banyak peneliti
melaporkan bioavailibilitas aspirin dalam bentuk asam salisilat. Oleh karena
itu, pemantauan asam salisilat sebagai metabolit utama dalam darah bersama-sama,
aspirin sangat diperlukan untuk menentukan poufil formakokinetik aspirin (Siswanto, 2016).
Asam
asetil salisilat bekerja sebagai analgetik antipiretik dengan menghambat
prostaglandin yang dibentuk dari metabolism asam arakidonat dengan katalisator
enzim siklooksigenase. Asam asetil salissilat memiliki efek samping,
diantaranya terhadap pernafasan dan saluran cerna yang dapat menyebabkan
pendarahan lambung berat. Alternatik untuk meningkatkan aktivitas analgesic-antipiretik
asam asetil salisilat serta menurunkan efek samping terus diupayakan. Modifikasi
struktur dari senyawa turunan asam salisilat dilakukan dengan mengubah gugus
karbonil melalui pembentukan garam, ester, atau amida ; modifikasi pada gugus
karbonil dan hidroksil; substitusi pada gugus hidroksil; memasukkan gugus
hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatic atau dengan mengubah gugus
fungsional (Soekarjo, dkk. 2016).
Aspirin
apabila tertelan akan melewati perut sebagian besar tidak dihidrolisis dalam
saluran usus membedakan bahan aktif, asam salisilat. Dalam sintesis
laboraturium, dipanaskan campuran asam salisilat dan asetat anhidrida dengan
jejak asam sulfat sebagai katalis, karena aspirin sangat tidak larut dalam air
dan dapat diisolasi dengan penambahan air dingin kedalam campuran reaksi
diikuti dengan filtrasi gravitasi (
Rizal, 2010).
V.
Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Erlenmeyer
100 ml 1. Asam
salisilat kering 2,5 gr
2. Gelas
kimia 500 ml 2.
Anhidrida asetat 4 ml
3. Corong Buchner 3. Asam sulfat pekat
4. Batang
pengaduk 4. Etanol –
air 50%
5. Pipet
tetes 5.
FeCl3
6. Plat TLC 6. Alkohol
95%
VI.
Prosedur Kerja
a. Dimasukan
2,5 gr asam salisilat kering kedalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan 4 ml
anhidrida asam asetat dan 2 tetes H2SO4 pekat.
b. Dikocok
campuran sambil dipanaskan dipenangas air pada suhu 50-60⁰C selama
kurang lebih 15 menit.
c. Ditambahkan
50 ml air kedalamnya secara hati-hati dan dinginkan campuran dalam ice bath.
Disaring kritasl yang terbentuk dengan corong Buchner dan cuci dengan air es/air
dingin.
d. Rekristalisasi
: dimasukkan produk aspirin yang terbentuk kedalam Erlenmeyer, ditambahkan
lebih kurang 5ml etanol-air 50% dan dipanaskan Erlenmeyer diatas hot plate
sampai semua Kristal melarut.
e. Ditambahkan
sedikit etanol-air 50% dan ditambahkanterus setetes demi setetes sampai semua Kristal
tepat larut , dilakukan jika tidak semua Kristal melarut.
f. Disaring
larutan Kristal dalam keadaan panas menggunakan kertas saring lipat jika tetap
masih ada residu.
g. Didinginkan
filtrate, bila mulai terbentuk Kristal masukkan Erlenmeyer kedalam ice bath
selama 15 menit.
h. Disaring Kristal
yang terbentuk menggunakan corong Buchner, cuci dengan air dingin biarkan Kristal
mongering.
i. Ditimbang
produk yang telah kering, hitunglah % hasilnya dan perlihatkan kepada dosen
pembimbing.
Mementukan kemurnian dengan TLC
1. Larutkan
sedikit aspirin yang dihasilkan pada langkah 8 dengan menggunakan etanol-air
50%.
2. Pada plat
TLC yang telah disiapkan, totolkan produk aspirin yang telah dilarutkan
tersebut pada garis batas (sebelah kanan) dan totolkan standar asam salisilat
yang telah disediakan (sebelah kiri).
3. Tuangkan
5ml eluen (alcohol 95%) kedalam beker glass 100 ml, letakkan plat TLC tersebut
(dalam posisi berdiri) kedalamnya dan tutup dengan alumunium foil.
4. Hentikan
proses elusi bila jarak eluen mancapai batas garis atas ujung plat TLC.
5. keringkan
plat TLC tersebut serahkan dan perlihatkan ke Asisten dosen praktikum dan
diidentifikasi dengan menggunakan larutan FeCl3.
6. Gambar
dengan menggunakan pensil untuk spot/noda yang didapat dan tentukan harga
Rf-nya.
Berikut link video tentang
pembuatan asam asetil salisilat (aspirin):
https://youtu.be/7u0lXd69iX4
Permasalahan :
1. Berdasarkan video diatas, mengapa kristal yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam oven dan desikator?
2. Pada pembuatan asam asetil salisilat reaksi apa yang terbentuk pada proses pembuatannya dan dari reaksi tersebut apa yang akan dihasilkan?
3. Mengapa didalam video praktikum diatas kita harus mengrekristalisasikan kembali kristal yang telah didapat?
Permasalahan :
1. Berdasarkan video diatas, mengapa kristal yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam oven dan desikator?
2. Pada pembuatan asam asetil salisilat reaksi apa yang terbentuk pada proses pembuatannya dan dari reaksi tersebut apa yang akan dihasilkan?
3. Mengapa didalam video praktikum diatas kita harus mengrekristalisasikan kembali kristal yang telah didapat?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNomor 2.
BalasHapusReaksi yang dialami adalah reaksi esterifikasi yang menghasilkan asetil salisilat atau aspirin yang apabila direaksikan dengan metanol juga mengalami reaksi esterifikasi yang menghasilkan metil salisilat atau minyak Gandapura.
1. Kristal yang telah terbentuk dimasukkan ke oven dan desikator agar menjadi kering, karena jika terdapat air di kristal tersebut maka kristal akan larut dan tidak akan terbentuk kristal lagi.
BalasHapus3. Karena, agar kita dapat menghasil kristal yang murni dari hasil yg sebelumnya, karena rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat, yang mana zat zat dilaritkan dalam suatu prlarut dan kemudian dikristalkan kembali.
BalasHapus